Sanitasi dan kebersihan adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dalam aspek kesehatan masyarakat. Meski isu ini sering dianggap sepele, kenyataannya, masih banyak anak-anak yang harus menderita akibat buruknya sanitasi, seperti yang dialami oleh seorang anak bernama Raya dari Sukabumi.
Insiden tragis Raya yang meninggal dunia karena infeksi cacingan seharusnya menjadi cerminan bagi kita semua. Di tahun 2025, kejadian seperti ini harusnya tidak lagi terjadi, namun realitas di lapangan menunjukkan masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
Kondisi kesehatan masyarakat, terlebih di negara tropis seperti Indonesia, sangat dipengaruhi oleh sanitasi yang memadai. Penyakit seperti kecacingan semakin mengkhawatirkan ketika kebiasaan buang air besar sembarangan masih terjadi di berbagai daerah.
Mengapa SanitasI Memiliki Peran Penting dalam Kesehatan Masyarakat?
Sanitasi yang baik adalah kunci untuk mencegah banyak penyakit menular, khususnya yang ditularkan melalui eratnya kontak manusia dan lingkungan. Data global menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 miliar orang di dunia terinfeksi cacing usus, dan angka ini menjadi perhatian serius di Indonesia.
Infeksi cacing usus, terutama cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing tambang, dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan anak-anak. Ketidakpuasan terhadap sistem sanitasi bisa mengarah pada kejadian penyakit yang fatal, dan kita tidak bisa mengabaikan kenyataan ini.
Seperti yang terjadi dengan Raya, ia tidak hanya menjadi korban dari infeksi cacingan, tetapi juga dari ketidakpedulian terhadap sanitasi. Bayangkan apabila kebiasaan dasar seperti mencuci tangan dimaknai dengan baik—bisa jadi kejadian ini dapat dicegah.
Situasi Sanitasi di Indonesia Masih Memprihatinkan
Kondisi sanitasi di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, terutama yang terkait dengan kebiasaan masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya kebersihan. Meskipun banyak rumah tangga yang memiliki fasilitas cuci tangan yang baik, kesadaran untuk menggunakannya masih rendah.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan angka yang mengecewakan, di mana hanya sekitar 49,8 persen penduduk memiliki kesadaran untuk mencuci tangan secara teratur. Padahal, praktik ini seharusnya dianggap sebagai langkah awal dalam mencegah penyebaran penyakit.
Ketidakpadanan antara fasilitas dan kesadaran ini menyoroti perlunya pendidikan yang lebih baik tentang pentingnya sanitasi. Jika hampir setengah populasi masih menganggap sepele, maka itu adalah alarm bagi kita semua untuk bertindak.
Tantangan Buang Air Besar Sembarangan di Masyarakat
Perilaku buang air besar sembarangan masih sering diuji di banyak tempat, meningkatkan risiko penularan penyakit. Tidak hanya di daerah pedesaan, tetapi fenomena ini juga terdeteksi di beberapa daerah perkotaan yang seharusnya lebih teredukasi.
Riset menunjukkan bahwa baru sekitar 10,25 persen rumah tangga yang menikmati akses sanitasi yang aman. Hal ini memperlihatkan bahwa bahkan di daerah yang sudah memiliki jamban sekali pun, pengelolaan limbah tinja masih menjadi masalah serius.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena menciptakan lingkungan yang tidak sehat, di mana penularan penyakit dapat berlangsung dengan bebas. Pemerintah telah berkomitmen untuk memperbaiki akses sanitasi, namun pencapaian yang optimal masih perlu waktu.