Mi instan telah menjadi pilihan populer bagi banyak orang karena kepraktisannya. Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa proses pencernaan mi instan jauh lebih lambat dibandingkan dengan mi lainnya.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam, lamanya pencernaan ini bukan tanpa alasan. Sejumlah faktor berkontribusi terhadap proses ini, mulai dari cara pembuatan hingga komposisi bahan yang digunakan.
Proses Pencernaan Mi Instan dan Faktor Penyebabnya
Dokter Aru Ariadno menjelaskan bahwa mi instan dapat bertahan selama 3-5 jam di lambung. Proses ini lebih lambat disebabkan oleh teknik penggorengan yang digunakan saat memproduksi mi instan.
Penggorengan ini menghasilkan jumlah lemak jenuh yang tinggi, yang memperlambat pergerakan lambung. Akibatnya, makanan membutuhkan waktu lebih lama untuk dipecah.
Selain itu, bahan tambahan seperti pengawet memperumit proses pencernaan, karena tekstur mi instan menjadi lebih keras dan sukar terurai. Hal ini berbanding terbalik dengan mi segar yang lebih mudah dicerna.
Risiko Kesehatan Dari Konsumsi Mi Instan
Salah satu risiko dari konsumsi mi instan dalam jumlah banyak adalah rendahnya kandungan serat. Serat berperan penting dalam memperlancar proses pencernaan, dan tanpa serat yang cukup, usus akan bekerja lebih lambat.
Dampak dari lambatnya pencernaan bisa berujung pada sejumlah masalah kesehatan. Selain mengganggu kenyamanan pencernaan, masalah yang lebih serius bisa muncul akibat pola makan yang tidak seimbang.
Menurut Aru, risiko kesehatan seperti tekanan darah tinggi, obesitas, dan gangguan fungsi ginjal dapat meningkat bagi mereka yang sering mengonsumsi mi instan secara berlebihan. Hal ini disebabkan oleh kandungan natrium dan lemak jenuh yang tinggi.
Alternatif Sehat untuk Mi Instan yang Populer
Untuk mengganti mi instan, ada berbagai pilihan mi segar maupun mi buatan rumah yang lebih tinggi serat dan nutrisi. Mi segar biasanya dibuat dari bahan-bahan alami dan tidak mengandung pengawet.
Alternatif lain adalah membuat mi dari sayuran seperti zucchini atau wortel yang diparut halus. Ini tidak hanya lebih sehat tetapi juga menawarkan pengalaman rasa yang unik dan menarik.
Mengubah pola makan dan menghindari mi instan bukan hanya tentang kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Memasak dan menikmati makanan dapat meningkatkan kepuasan dan membuat seseorang lebih sadar akan asupan gizi mereka.
















