Susu telah lama menjadi minuman yang dianggap penting bagi anak-anak. Banyak orang tua melihatnya sebagai sumber gizi utama, terutama kalsium dan protein, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang yang optimal.
Namun, dengan adanya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diterapkan pemerintah, muncul berbagai pertanyaan mengenai relevansi susu dalam menu diet anak, terutama ketika anggaran terbatas.
Dokter gizi, Johanes Chandrawinata, menyatakan susu memang kaya akan nutrisi penting, tetapi tidak berarti anak-anak harus selalu mengonsumsinya untuk mendapatkan gizi yang seimbang.
Peran Susu dalam Kesehatan Anak dan Nutrisi
Susu dikenal sebagai sumber protein, kalsium, vitamin D, dan vitamin B12. Nutrisi ini sangat berkontribusi terhadap kesehatan tulang dan menjaga pertumbuhan anak agar berjalan lancar.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua anak dapat mengonsumi susu tanpa masalah. Sekitar 60-70 persen penduduk Asia mengalami intoleransi laktosa, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk mencerna gula yang terdapat dalam susu.
Kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan seperti kembung, diare, atau nyeri perut setelah mengonsumsi susu. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan beragam alternatif nutrisi setelah menggali potensi susu.
Kendala Biaya dalam Penyediaan Susu untuk Anak
Salah satu tantangan signifikan terkait pemasukan susu dalam program MBG adalah masalah biaya. Dengan anggaran yang terbatas, sulit untuk menyediakan susu berkualitas dalam menu harian anak-anak.
Harga susu kemasan yang relatif tinggi dapat menghabiskan sebagian besar anggaran harian hanya untuk satu item, sehingga menyulitkan penyediaan menu lengkap. Ini membuat banyak sekolah dan lembaga kesulitan dalam menyediakan pilihan yang tepat.
Pada sisi lain, pilihan susu curah juga bukan tanpa risiko. Keamanan pangan menjadi isu penting, dan potensi kontaminasi yang tinggi membuat susu curah menjadi pilihan yang berisiko.
Selain itu, beberapa kasus keracunan makanan dikaitkan dengan pengadaan bahan pangan yang tidak terjamin kebersihannya. Ini menambah kekhawatiran yang sudah ada di masyarakat tentang membebankan biaya untuk susu dalam program yang didasarkan pada anggaran terbatas.
Bagaimana solusinya untuk memastikan gizi anak tetap terpenuhi tanpa mengandalkan susu?
Alternatif Nutrisi yang Efektif dan Ekonomis
Menurut Johanes, ada banyak sumber makanan lokal yang lebih terjangkau tetapi kaya akan nutrisi penting. Salah satu alternatif terbaik untuk kalsium adalah ikan kecil yang dapat dimakan beserta tulangnya.
Ikan teri tawar, baby fish, serta sarden kalengan adalah contoh yang baik. Kombinasi ini tidak hanya memberikan protein dan kalsium, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan tulang.
Tidak ketinggalan, telur, tempe, dan tahu juga menjadi alternatif yang mudah didapat dan lebih ekonomis. Makanan-makanan ini dapat membantu menghidupkan variasi rasa dalam menu sehari-hari anak.
Kombinasi dari sumber makanan ini akan memenuhi kebutuhan gizi anak dan juga menyajikan variasi yang menarik sehingga anak tidak merasa bosan. Ini jelas menunjukkan bahwa susu bukanlah satu-satunya sumber gizi yang baik.
Kesimpulan tentang Keseimbangan Gizi Anak
Walaupun susu memiliki banyak manfaat, menegaskan bahwa susu adalah komponen utama dalam diet anak-anak tidaklah tepat, terutama ketika mempertimbangkan anggaran dan kondisi kesehatan tertentu. Ada banyak variasi makanan lain yang juga memiliki sifat nutrisi yang sama.
Sebagai orang tua atau pendidik, penting untuk mengeksplorasi opsi menyehatkan lainnya agar anak tetap mendapatkan gizi yang seimbang. Dengan memperkenalkan variasi makanan, anak akan lebih menikmati konsumsi gizi mereka.
Di masa depan, dengan kesadaran yang meningkat tentang gizi, diharapkan program-program seperti MBG dapat mengadaptasi lebih banyak pilihan makanan yang sehat dan alami. Ini akan memungkinkan anak-anak untuk tumbuh dengan sehat dan optimal, tanpa harus bergantung pada satu jenis makanan saja.















