Fenomena inflasi tinggi yang terjadi saat hari raya dan tahun baru telah menjadi pola yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini. Dampaknya pun terasa signifikan di berbagai wilayah, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang memiliki dinamika ekonomi yang menarik untuk diperhatikan.
Kondisi ekonomi DIY pada tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik jika dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sampai pada triwulan ketiga, ekonomi tumbuh 5,05% dibandingkan tahun sebelumnya, serta 0,31% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Namun jika diperhatikan dari sisi inflasi, situasinya kurang menggembirakan. Data inflasi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi DIY menunjukkan bahwa selama 11 bulan di tahun 2024, terjadi lima kali deflasi, dan tampaknya angka ini mencerminkan ketidakstabilan harga yang masih terjadi.
Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di DIY
Sementara enam bulan lain menunjukkan ada inflasi, nilai year to date untuk inflasi hanya sebesar 0,82%. Pemerintah menargetkan inflasi 2024 di angka 2,5% ± 1%, dan dengan angka inflasi saat ini, mendapatkan 0,68% lagi untuk mencapai target minimumnya menjadi tantangan tersendiri.
Untuk menilai apakah target inflasi dapat tercapai, kita harus menunggu rilis data resmi dari BPS di awal tahun 2025. Data yang ada saat ini menunjukkan bahwa terdapat potensi tekanan inflasi pada akhir tahun, khususnya menjelang momen-momen penting seperti Natal dan Tahun Baru.
Historis menunjukkan bahwa inflasi sering kali dipengaruhi oleh beberapa komoditas kunci, seperti transportasi, terutama angkutan udara serta kereta api. Selain itu, kelompok bahan makanan juga berpotensi berkontribusi pada inflasi yang terjadi.
Faktor Penyebab Inflasi Menjelang Hari Raya
Kebijakan Pemerintah yang menurunkan harga tiket pesawat menjelang Natal dan Tahun Baru sebesar 10% dapat berperan dalam menahan laju inflasi. Hal ini diharapkan bisa membantu masyarakat dengan menurunkan biaya perjalanan pada momen penting tersebut.
Namun demikian, keputusan Gubernur tentang kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk Liquefied Petroleum Gas (LPG) di DIY yang berlaku sejak awal Desember juga perlu dicermati. Kenaikan HET LPG, yang ditetapkan sebesar Rp. 18.000,- per tabung, bisa memicu lonjakan harga yang akan berdampak pada inflasi di bulan yang sama.
Situasi ini tentu membutuhkan perhatian ekstra dari Tim Pengendali Inflasi Daerah di DIY agar dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah inflasi yang lebih tinggi. Peran pemerintah dalam menjaga ketersediaan barang juga sangat penting untuk memastikan stabilitas harga.
Strategi Mengendalikan Inflasi di DIY
Pemerintah memegang peranan penting dalam memastikan jalur distribusi barang berjalan dengan lancar. Upaya pengendalian inflasi yang efektif termasuk kolaborasi antara berbagai stakeholder dan koordinasi dari pihak-pihak yang berwenang harus dilakukan secara optimal.
Jika langkah-langkah strategis ini dapat diterapkan dengan baik, maka diharapkan inflasi di DIY bisa terkendali. Dengan demikian, beban yang ditanggung masyarakat pun tidak akan terlalu berat, dan stabilitas perekonomian dapat terjaga.
Dengan melihat berbagai faktor yang memainkan peran dalam inflasi, penting untuk memiliki kebangkitan dalam pengelolaan ekonomi di tingkat daerah. Pemahaman yang lebih dalam mengenai tren inflasi dan bagaimana mengatasinya akan berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi yang lebih cepat dan lebih berkelanjutan.